Kapolri: Jaga Kebhinnekaan, Jangan Sampai Indonesia Terpecah Belah

 Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengingatkan masyarakat Indonesia untuk senantiasa menjunjung tinggi pedoman kebhinekaan. Sebab ragam konflik beraroma SARA dapat berpotensi memecah belah kesatuan bangsa Indonesia yang bisa bernasib seperti negara-negara di Timur Tengah yang dirongrong kehancuran akibat perang.

"Kalau kita tidak mewaspadai, kebhinekaan terkoyak-koyak. Ekstremnya ya bisa seperti Suriah dan Irak. Kalau kita underestimate, bisa terjadi," kata Tito saat menyampaikan kuliah umum bertajuk 'Kebijakan Polri Dalam Menjaga Keutuhan, Kerukunan, Toleransi di Indonesia' di Bale Sawala Gedung Rektorat Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Raya Bandung Sumedang, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jabar, Kamis (22/12/2016).

Pria kelahiran Palembang 26 Oktober 1964 ini berbicara di hadapan ratusan mahasiswa Unpad yang datang dalam acara tersebut. Turut hadir Rektor Unpad Tri Hanggono Achmad dan Kapolda Jabar Irjen Pol Anton Charliyan.

"Kita di Indonesia harus antisipasi. Jangan sampai seperti Aleppo yang waktu itu indah sekali, sekarang hancur, Irak apalagi. Mesir, Yaman dan Pakistan semua berantakan," ucap Tito menambahkan.

Institusi Polri, sambung Tito, tentu tak tinggal diam untuk mengawal nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika yang sejak zaman dulu mempererat kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Hidup saling rukun, damai, dan toleransi, menurut Tito, mesti dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat nusantara dari Sabang hingga Merauke.

"Negara kita ini memiliki ideologi Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, serta berlandasan hukum UD 1945. Merajut kebhinnekaan dan menyatukan perbedaan itu enggak gampang, ya karena heterogen. Maka itu ideologi Pancasila ini sangat penting," tutur mantan Kepala BNPT ini.

Tito menegaskan, pihaknya tak pernah henti mengantisipasi segala bentuk potensi perusak keutuhan bangsa semacam aksi pemberontak yang mengancam kedaulatan, aksi terorisme, dan konflik masyarakat bernuansa SARA. Jenderal bintang empat ini meminta rakyat Indonesia tetap bergandengan tangan memperkokoh dan memperkuat keragaman bangsa. 

"Jaga kebhinnekaan. Jangan sampai Indonesia terpecah belah. Kami (Polri) tetap menjadi garda terdepan menjaga NKRI," ucap Tito menegaskan. 

Perampingan SKPD, Plt Gubernur DKI Masih Tunggu Masukan Ahok

 Plt Gubernur DKI Jakarta Sumarsono mengaku belum menerima respons dari Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait pergantian jabatan di jajaran Pemprov DKI. Sumarsono menyatakan, tidak ada larangan seorang Plt meminta masukan dari gubernur nonaktif.

"Saya belum terima responsnya. Yang penting bagi saya bagian dari etika administrasi pemerintahan seorang Plt tidak dilarang untuk kemudian memperoleh berbagai input tentunya terutama dari gubernur nonaktif," kata Sumarsono di Silang Monas, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).

Menurut Sumarsono, konsultasi ini dilakukan agar ketika usai cuti, Ahok dan Djarot sudah 'nyambung' dengan susunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang baru. 

"Kalaupun enggak ada masukan, saya anggap mungkin sudah setuju dengan apa yang kita lakukan," lanjut Sumarsono.

Sumarsono akan memulai rotasi jabatan tersebut pada 3 Januari 2017. Ia akan mengisi posisi-posisi tersebut dengan pilihan terbaik.

"Menggunakan talent pool kemudian assessment, sehingga posisinya pilihan terbaik. Karena ada 1060 yang harus dihapuskan. Tentu kita mencari pejabat-pejabat yang terbaik. Ada dewan jabatan melakukan itu, ada arahan saya. Tetapi kami mendengarkan masukan-masukan dari berbagai pihak khususnya petahana," ucapnya.

Rotasi atau pergantian jabatan di lingkungan Pemprov DKI Jakarta dilakukan sebagai bentuk penataan organisasi. "Ini konsekuensi dari penataan organisasi. Bagian dari kebajikaan reformasi birokrasi khususnya untuk perampingan," ujar Sumarsono.

Sebelumnya, Sumarsono telah menyerahkan pemangkasan ribuan SKPD di lingkungan kerja provinsi ke Ahok dan Djarot Saiful Hidayat sebagai gubernur dan wakil gubernur nonaktif DKI Jakarta.

Dikelilingi Perempuan Saat Pidato Acara Hari Ibu, Jokowi Minta Izin ke Iriana

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri perayaan Hari Ibu di Serang, Banten. Saat sedang memberikan sambutan, Jokowi sempat meminta izin ke istrinya Iriana Jokowi karena dikelilingi oleh perempuan.

Peristiwa ini terjadi saat Jokowi sedang membacakan sambutannya tentang Hari Ibu. Di tengah sambutanya, Jokowi tiba tiba berhenti sejenak. 

"Hadirin sekalian, saya lupa tadi, bicara sendiri saja, tidak ditemani ibu-ibu," kata Jokowi yang tiba-tiba menghentikan pidatonya, Kamis (22/12/2016).

Tidak selang berapa lama keluarlah sekitar 12 perempuan yang mengenakan baju khas daerah. Mereka adalah gabungan paduan suara dari ibu-ibu Bhayangkara yang sempat menghibur para undangan. 

Para perempuan itu pun berdiri di samping kiri dan kanan Jokowi. 

"Ini hari ibu. Maaf saya di depan sendiri. Mohon maaf Bu Jokowi, saya ditemani ibu dan teman-teman yang cantik di sini," kata Jokowi kepada istrinya Iriana.

Dikelilingi Perempuan Saat Pidato Acara Hari Ibu, Jokowi Minta Izin ke IrianaFoto: Jokowi di acara Hari Ibu 2016/ Opik detikcom
Celetukan Jokowi tersebut disambut tawa dan tepuk tangan para hadirin. Pada kunjungan kali ini, Jokowi ditemani istrinya untuk menghadiri perayaan Hari Ibu.

Usai meminta izin kepada istrinya, Jokowi kembali melanjutkan pidatonya soal perempuan di Indonesia. 

KPK Bersikukuh Aset Miliaran Rupiah Sanusi Tetap Harus Dirampas

Mantan anggota DPRD DKI Jakarta M Sanusi meminta agar aset miliknya yang disita KPK dikembalikan. Namun jaksa KPK berpendapat aset yang disita dan menjadi barang bukti belum bisa dibuktikan. 

"Ada beberapa barang bukti yang diajukan saat pledoi. Bahwasanya dalam bukti menunjukkan aset itu diperoleh dengan penghasilan sah. Namun menurut kami barang bukti belum bisa dibuktikan dari harta kekayaan yang sah," kata jaksa pada KPK Ronald Worontikan saat membacakan surat tuntutan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016). 

Menurut Ronald, ada beberapa barang bukti yang menjadi perhatian jaksa KPK. Misalnya saat Sanusi menjual saham PT Bumi Raya dengan aset Rp 38 miliar. 

"Ada beberapa barang bukti yang kami ulas, misalnya terdakwa bilang menjual saham PT Bumi Raya yang asetnya Rp 38 miliar. Sementara dari barang bukti yang ada jumlah nominal saham hanya 5 lembar dengan nilai Rp 5 juta dan menurut terdakwa penjualan itu bukan dilakukan olehnya, tapi atas nama Fony dan Ana Wahyuni," jelas Ronald. 

Hal kedua yang menjadi perhatian jaksa KPK mengenai surat pengakuan utang yang dibuat oleh Sanusi. Diketahui Sanusi membeli sejumlah aset karena punya piutang dengan orang lain. 

"Katanya dari piutang itu dia membeli aset-aset. Memang ada surat piutang itu, tetapi dia tidak bisa menyampaikan bahwa utang itu sudah dibayar atau belum. Lalu ada pula akte pengakuan utang yang hanya menjelaskan bahwa terdakwa punya piutang yang berasal dari penghasilan yang sah," sambung Ronald. 

Sebelumnya, dalam nota pembelaan atau pledoi yang dibacakan oleh Sanusi dan kuasa hukum. Disebut aset yang disita merupakan aset dari penghasilan yang sah dan bukan berasal dari tindak pidana korupsi. Karena itu Sanusi berharap agar aset-asetnya dapat dikembalikan. 

"Tujuan saya membacakan rincian aset tersebut karena saya ingin memperjuangkan barang-barang saya agar dikembalikan," ungkap Sanusi, Selasa (21/12) malam. 

Selama bertugas sebagai anggota DPRD DKI Jakarta pada periode 2009-2015, Sanusi diketahui memiliki penghasilan Rp 2,2 miliar. Selain itu, dalam kurun waktu tersebut, Sanusi memiliki penghasilan tambahan dari berbagai usaha miliknya, seperti dari PT Bumi Raya Properti, yang didirikannya, hingga usaha jual-beli kios di Thamrin City. 

Ajak Anas dan Antasari Azhar Gabung Hanura, Oesman: Kita Siapkan Red Carpet

 Ketua Umum Partai Hanura yang baru, Oesman Sapta Odang mempersilakan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrung untuk merapat. Selain ke Anas, Oesman juga mempersilakan mantan Ketua KPK Antasari Azhar bergabung.

"Saya akan terima (Anas) karena itu hak asasi manusia. Antasari mau masuk juga enggak kita persoalkan," kata Oesman di kediamannya, Jl Karang Asem Nomor 34, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/12/2016).

Di samping Oesman ada mantan kader Partai Demokrat loyalis Anas, yakni I Gede Pasek Suardika dan Adrianus Garu. Dua nama itu kini adalah anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.

Lebih lanjut soal keterbukaan dirinya, Oesman akan menyambut istimewa bila benar Antasari Azhar masuk ke Hanura, juga Anas bila telah keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin tentunya.

"Kita kasih red carpet dia," kata Oesman. 

Dia menjelaskan, Hanura adalah partai yang masih sangat bersih dan lugu. Kondisi seperti ini harus tetap dijaga dan tak dikotori. Dia berniat ingin membangun perpolitikan yang bermoral.

"Memang politik tidak santun, tapi kesantunan juga perlu dalam politik," ujar Oesman. 

Ahok Ingin Gratiskan Bus TransJakarta Bila ERP Beroperasi

Calon gubernur petahana Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan dirinya kembali akan memberikan layanan gratis bus TransJakarta bila terpilih lagi. Kali ini yang menjadi sasaran Ahok adalah guru agama dan Ketua RT/RW.

"Memang arahnya itu, mau gratis. Ke depan guru agama dan Ketua RT/RW enggak perlu bayar. Kita kan sekarang sudah mulai buat gratis terbatas," kata Ahok di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).

Gratis terbatas yang dimaksud oleh Ahok adalah beberapa golongan sudah mendapatkan layanan gratis saat naik bus TransJakarta. Golongan tersebut antara lain lansia, pegawai honorer Pemda DKI, dan pelajar yang menggunakan Kartu Jakarta Pintar (KJP). 

"Sekarang mulai gratis terbatas. Sekarang kita sudah mulai buat orang yang gaji UMP, lansia, pegawai honorer Pemda, pelajar kan sudah gratis," papar Ahok.

Namun untuk menggratiskan semua warga DKI yang ingin menggunakan bus TransJakarta, Ahok mengatakan masih menunggu berlakunya sistem jalan berbayar alias Electronic Road Pricing (ERP). Nantinya, bila ERP sudah diberlakukan, semua pengguna TransJakarta akan disubsidi oleh Pemprov DKI. Selain itu, Ahok juga berencana mengusai rute semua transportasi di Jakarta.

"Tergantung ERP sama parkir mesin yang kita pasang. Nanti kita subsidi, karena makin lama kita mau kuasai semua rute bus," ucap mantan Bupati Belitung Timur itu.

"Karena yang ingin kita utamakan hal-hal lain lagi, bukan pembangunan, kita harus seimbang. Jadi kalau kita mau subsidi, harus ada sumber uangnya. Jadi kalau ERP bisa dapat Rp 4 triliun sampai Rp 5 triliun, kenapa enggak kita subsidi ke transportasi semua?" tutupnya dengan gaya bertanya-tanya.

Senang Sungai Jakarta Kini Bersih, Ruth Sahanaya Beri Dukungan Untuk Ahok

Dukungan kepada pasangan cagub-cawagub DKI Basuki T Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dari kalangan pekerja seni terus berdatangan. Kali ini dukungan dari penyanyi senior Ruth Sahanaya dan suaminya Jeffry Waworuntu.

Ruth yang datang dengan mengenakan setelan baju berwarna putih, mengemukakan alasan mengapa dirinya mau mendukung Ahok. Menurut Uthe, panggilan Ruth Sahanaya, dirinya mendukung Ahok-Djarot karena selama 2 tahun kepemimpinan keduanya sudah banyak perubahan yang mereka bawa untuk Jakarta.

"Ini murni keinginan saya pribadi (mendukung Ahok-Djarot) Ahok, kita semua tahu sepak terjangnya. Dalam 2 tahun kita rasakan perbedaannya. Jangan ragu pilih Ahok-Djarot," kata Uthe pada Ahok di depan para pendukung Ahok-Djarot di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).

Salah satu perubahan di Jakarta yang dirasakan oleh Uthe adalah kebersihan sungai-sungai di Jakarta. Selain itu, lanjutnya, pembangunan di Jakarta juga perlu diapresiasi.

Senang Sungai Jakarta Kini Bersih, Ruth Sahanaya Beri Dukungan Untuk AhokFoto: Bisma Alief/detikcom
"Yang paling saya lihat mengenai sampah, kebersihannya. Terutama kali (sungai). Setiap saya lewat di daerah-daerah, memang nyata sekali, kelihatan sekali sudah jadi bersih. Bagus sekali," papar Ruth Sahanaya.

Di akhir sesi pertemuannya dengan Ahok, Ruth Sahanaya memberikan penampilan untuk menghibur para pendukung Ahok-Djarot di Rumah Lembang. Uthe menyanyikan lagu 'Indonesia Jaya' karya Harvey Malaiholo dan lagu 'Satu Nusa Satu Bangsa'. 

Hari Ibu, Ahok: Berbahagialah Perempuan yang Membahagiakan Anak dan Keluarga

 Tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu. Calon Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengucapkan terima kasih kepada para ibu yang telah membahagiakan anak dan keluarganya.

"Selamat Hari Ibu, berbahagialah para ibu yang bisa membahagiakan anak-anaknya dan keluarganya," kata Ahok kepada para pendukungnya di Rumah Lembang, Kamis (22/12/2016).

Ahok juga memaparkan program unggulannya untuk para ibu. Salah satunya adalah pembuatan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA). Ahok berjanji, mulai 2017, dia akan menambah 200 RPTRA tiap tahunnya.

"Kami juga baru dapat penghargaan dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), karena kita mendorong tiap kampung ada KB yang bekerja sama dengan pembangun RPTRA," papar Ahok.

"Kita akan punya 188 lokasi RPTRA. Tahun depan tiap tahun 200. Sehingga semua orang kumpul di situ," ujarnya.

Selain itu, Ahok berharap kepada ibu-ibu yang tergabung di Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) agar fokus mengurus keluarga. Ahok tidak mau ibu-ibu PKK hanya fokus mengejar penghargaan.

"Saya maunya PKK fokus ngurusi keluarga dari janin sampai lansia. Kan ada juga program posyandu, jumantik (juru pemantau jentik), dan lainnya," tutup Ahok. 

Di Hari Ibu, Ahok Kenang Kemesraannya dengan Ibunda

Cagub DKI Basuki T Purnama (Ahok) menceritakan pengalaman paling berharga bersama sang ibu, Buniarti Ningsih. Ahok mengenang kemesraannya dengan ibundanya itu.

"Ya dari kecil ya sama ibu, ibu saya sayang banget. Waktu kecil enggak ada kipas, enggak ada AC, jadi belajar sambil dikipasin," cerita Ahok di Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/12/2016).

Ahok mengatakan hari ibu memiliki banyak arti baginya. Menurut Ahok, orang akan lebih mendahulukan ibu dibanding bapak. Apalagi ibu disebutnya memiliki ikatan batin lebih kepada anak dibanding bapak.

"Makna hari ibu ya banyak dong. Saya pikir hampir semua kita, kita itu kalau harus pilih ibu atau bapak, orang masih pilih ibu. Kita juga mengalami kalau anak pulang sekolah pasti nyarinya ibu," ujar Ahok.

"Apalagi saya punya pengalaman sama ibu, sampai sekarang hubungannya ya begitu dekat. Bagi saya, orang lebih susah enggak ada ibu, dibanding enggak ada bapak," lanjutnya.

Ahok sendiri mengungkapkan sang ibu sangat mendukung karir politiknya. Buniarti dikatakan paling mendukung Ahok untuk maju sebagai politisi.

"Karena kita sepakat enggak mungkin bantu orang miskin dengan uang kita sebagai pengusaha. Karena ibu saya sudah alami dari zaman bapak saya sampai ngutang kemana-mana pun enggak bisa menyelesaikan soal kemiskinan," ungkap Ahok.

"Ibu saya pasti doain dan ibu saya juga dukung," tambah dia.

Sebelumnya Buniarti Ningsih sempat hadir dalam acara yang digelar relawan Ahok dan Djarot. Ahok dan istrinya, Veronica Tan lalu 'sungkem' kepada sang ibunda.

Ahok sungkem kepada sang ibuAhok sungkem kepada sang ibu. Foto: Hasan Al Habshy/detikcom
Pada kesempatan itu, Ahok mengisahkan pengalaman hidupnya. Dia mengaku dulu lebih memilih bolos sekolah bila ibunya sedang sakit. 

"Waktu ibu saya sakit, saya enggak mau sekolah, saya tungguin ibu saya, takut dia meninggal. Dulu kita ada kebun lada 200 hektare, ibu saya yang ngurus semua," kisah Ahok pada acara 'Badja untuk Perempuan Jakarta' di depan hadapan ribuan perempuan yang hadir di Gedung Smesco, Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (19/12). 

Debat Iptu Ali dengan Pimpinan Ormas yang Hendak Masuk Swalayan di Sragen

Ada yang menarik perhatian saat Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah massa Ormas Front Pembela Islam (FPI) yang hendak masuk ke dalam swalayan terkait pemeriksaan atribut Natal, Rabu (21/12) kemarin. Seorang anak buahnya tidak kalah tegas mendebat Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi. Siapa dia?

Peristiwa ini terjadi di depan swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (21/12) kemarin. Videonya diunggah akun Sukowati Channel di Youtube, Kamis (22/12/2016). 

Di video nampak Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi dan sejumlah anggotanya hendak masuk ke dalam swalayan. Mereka berencana melakukan pemeriksaan atribut Natal terkait Fatwa MUI Nomor 56 tahun 2016 yang mengharamkan umat Islam menggunakan atribut keagamaan nonmuslim.

Debat Briptu Ali dengan Pimpinan Ormas yang Hendak Masuk Swalayan di SragenFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)

Namun aksi Mala dan para anggotanya dicegah belasan anggota Polres Sragen yang berjaga di depan pintu masuk swalayan. Tidak lama berselang, datang Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso yang langsung menghampiri Mala. Dia secara persuasif meminta agar Mala dan anggotanya segera membubarkan diri dari lokasi.

Debat Briptu Ali dengan Pimpinan Ormas yang Hendak Masuk Swalayan di SragenFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)

Mala bergeming. Dia dan anggotanya keukeuh ingin masuk ke dalam swalayan untuk memeriksa ada tidaknya umat Islam memakai atribut Natal. Dia meminta agar polisi tidak melarang, namun ikut mengawal aksi mereka. Nala mengatakan hanya ingin melihat keadaan di dalam.

"Enggak ada saya bilang!" hardik AKBP Cahyo tegas. Dia kemudian terlibat perdebatan dengan Mala yang mempertanyakan alasan polisi melarang mereka masuk ke dalam swalayan.

Debat Briptu Ali dengan Pimpinan Ormas yang Hendak Masuk Swalayan di SragenFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)

"Tidak ada ormas yang bisa menggeledah dan merazia," ujar AKBP Cahyo yang nampak mengenakan seragam lengkap dan tongkat komando. "Lho bukan menggeledah, tidak razia ini. Kita Bukan razia, bukan geledah," sahut Mala. 

"Enggak ada saya bilang!" hardik AKBP Cahyo. Dia menegaskan bahwa ormas tidak punya kewenangan melakukan razia. "Lho bukan wewenang seperti itu. Saya hanya ingin saudara saya di dalam tidak memakai atribut itu (Natal)," ujar Mala. 

Baca juga: Kisah Viral Polres Sragen Cegah Ormas Masuk Swalayan Terkait Atribut Natal

Karena perdebatan seperti tidak berujung, anak buah AKBP Cahyo bernama Ali ikut angkat suara. Sosok berpangkat iptu itu tidak kalah tegasnya mendebat Mala yang tidak mau meninggalkan lokasi.

Debat Briptu Ali dengan Pimpinan Ormas yang Hendak Masuk Swalayan di SragenFoto: Iptu Ali mendebat Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi (Youtube/Sukowati Channel)

Ali mengatakan, Mala dan anggotanya tidak bisa bertindak melakukan pemeriksaan ke setiap toko di swalayan itu. Begini perdebatan mereka:

Ali: Itu nafsi-nafsi. Itu nafsi-nafsi. Antum enggak bisa ngelarang ranahnya pemilik toko. Antum itu gimana sih.
Mala: Sebentar pak...
Ali: Rahmatan lil alaminnya di mana, hah? Rahmatan lil alaminnya di mana! (Suara Ali meninggi-red)
Mala: Sebentar Pak Ali, sebentar (menepuk pundak Ali-red). Saudara, Pak Ali Islam?
Ali: Iya!
Mala: Terus mau dikafirkan?
Ali: Lho enggak ada itu perannya jenengan!
Kapolres Sragen: Itu perannya ulama.
Mala: Lho ini kan saya berperan, mau berperan ini saya menyampaikan ke bapak.
Ali: Enggak bisa!
Mala: Lah bapak sudah kayak gini, gimana kita mau berperan?
Ali: Lakum dinukum waliyadin itu ayat Allah. Kamu jangan macem-macem! 
Mala: Sebentar Pak Ali, yang memakai bukan mereka, yang memakai orang kita.
Ali: Orang kita kerja di sini (swalayan) cari nafkah.

AKBP Cahyo nampak tersenyum melihat aksi anak buahnya itu berdebat dengan Mala. Ali masih saja terus memperingatkan Mala agar tidak memaksakan kehendak dengan cara melakukan pemeriksaan atribut Natal di dalam swalayan.

"Nabi turun ke dunia untuk membuat manusia akhlakul karimah," ujarnya.

AKBP Cahyo sendiri sejak awal nampak tenang menghadapi situasi itu dan konsisten dengan ketegasannya meminta Ormas FPI membubarkan diri. Mala dan massa di belakangnya kemudian diantar pergi meninggalkan swalayan itu.

Pihak Polres Sragen maupun FPI Sragen belum berkomentar lebih lanjut mengenai peristiwa tersebut.

Tanggapi Komentar Anies soal Survei 'Telolet', Agus Yudhoyono: LOL

Calon gubernur DKI Anies Baswedan menyinggung soal hasil survei-survei yang telah dirilis dengan mengatakan masih banyak survei yang 'telolet'. Pesaingnya, Agus Yudhoyono menanggapi hal itu dengan tertawa.

"Haha..., lucu aja. Kalau saya sih jawabannya LOL kalau gitu," kata Agus Yudhoyono menanggapi komentar Anies di Jalan Palbatu, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (22/12/2016).

Seperti diketahui, LOL adalah kependekan dari bahasa Inggris, yaitu Laughing Out Loud. Artinya kurang lebih adalah tertawa ngakak. Akronim LOL ini sering digunakan dalam perbincangan tertulis lewat media sosial atau aplikasi pengirim pesan.

Agus berkata, survei pastilah dilakukan dengan sejumlah metodologi. Misal ada pihak yang mempertanyakan kredibilitas sebuah lembaga survei, Agus menyarankan untuk bertanya langsung kepada lembaga survei yang berkaitan.

Untuk hasil survei sendiri kata Agus, dirinya menjadikan hasil tersebut sebagai patokan untuk menentukan langkah-langkah apa yang akan diambilnya selanjutnya. Ini agar hasil survei dapat terkonversi menjadi suara nyata di Pilgub DKI 15 Februari 2017 mendatang.

"Kalau kami menjadikan hasil survei itu kompas untuk bernavigasi seperti apa, apakah yang kita lakukan benar-benar dirasakan masyarakat efektif, atau apa masih ada hal yang harus kita lakukan. Tetapi patokannya tak melulu hanya itu. Kita secara langsung melihat, berdiskusi, berdialog dengan masyarakat," papar suami Annisa pohan ini.

"Kita jadikan (hasil survei) itu semangat untuk meningkatkan elektabilitas agar jadi suara riil. Saya paling anti mengatakan sudah melakukan hal yang spektakuler. Saya menolak menjadi lengah karena saya ingin jadi gubernur rakyat, bukan gubernur survei," imbuhnya menutup. 

(Baca juga: Anies Baswedan: Survei Juga Banyak yang Telolet)

Sebelumnya, cagub Anies mengajak masyarakat untuk kritis terhadap fenomena survei-survei yang muncul bak jamur di musim penghujan, seperti musim Pilgub DKI 2017 ini. Survei membutuhkan biaya mahal, maka bila survei diadakan terus menerus perlu disikapi secara skeptis. Anies menilai survei banyak yang 'telolet', entah apa yang dimaksud sebagai 'telolet' dalam hal ini.

"Iya, survei juga ada yang telolet, memang telolet. Ada banyak jenis telolet. Saya lihat survei juga banyak telolet," ujar Anies sambil tertawa usai berdialog dengan warga di Jalan Bambu, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (21/12) kemarin.

Kisah Viral Polres Sragen Cegah Ormas Masuk Swalayan Terkait Atribut Natal

Kisah Viral Polres Sragen Cegah Ormas Masuk Swalayan Terkait Atribut NatalFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)


Di media sosial (medsos) sedang ramai dibahas soal ormas Front Pembela Islam (FPI) yang hendak masuk ke swalayan Mitra Sragen, Jawa Tengah, terkait atribut Natal. Aksi mereka dicegah oleh Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso dan jajarannya.

Video peristiwa ini diunggah akun Sukowati Channel di YouTube seperti dilihat detikcom, Kamis (22/12/2016). Peristiwa ini terjadi depan swalayan Mitra Sragen, Jalan Raya Sukowati No 156c, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (21/12) kemarin.

Di video itu tampak Ketua DPC FPI Sragen Mala Kunaifi bersama sejumlah anggotanya. Mereka hendak masuk ke swalayan, namun dihalangi oleh belasan polisi yang berjaga-jaga di depan pintu masuk swalayan.

"Intinya kita hanya memastikan bahwasanya di dalam itu memang sudah tidak ada saudara saya (umat Islam) yang memakai atribut daripada orang-orang Nasrani. Itu tok, sudah," kata Mala, yang mengenakan gamis dan sorban berwarna putih, juga tongkat.

Kisah Viral Polres Sragen Cegah Ormas Masuk Swalayan Terkait Atribut NatalFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)
Tidak lama kemudian, datang Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso, yang mengenakan seragam lengkap dan tongkat komando. Dia bergegas menghampiri dan merangkul bahu Mala meminta agar segera meninggalkan lokasi.

Mala bergeming. Dia dan anggotanya keukeuh ingin masuk ke swalayan untuk memeriksa ada-tidaknya umat Islam memakai atribut Natal. Dia meminta polisi tidak melarang, namun ikut mengawal aksi mereka. Nala mengaku hanya ingin melihat keadaan di dalam.

"Enggak ada saya bilang!" hardik AKBP Cahyo tegas. Mala tetap tidak mau pergi dan mengajak Kapolres Sragen berdebat. Sesekali nada suaranya meninggi. Dia mempertanyakan apa alasan polisi melarang mereka masuk ke swalayan.

"Tidak ada ormas yang bisa menggeledah dan merazia," ujar AKBP Cahyo. "Lho bukan menggeledah, tidak razia ini. Kita bukan razia, bukan geledah," sahut Mala. 

Kisah Viral Polres Sragen Cegah Ormas Masuk Swalayan Terkait Atribut NatalFoto: Kapolres Sragen AKBP Cahyo Widiarso mencegah FPI Sragen masuk ke swalayan untuk melakukan pemeriksaan terkait atribut Natal (Youtube/Sukowati Channel)
"Enggak ada saya bilang!" hardik AKBP Cahyo. Dia menegaskan bahwa ormas FPI tidak punya kewenangan melakukan razia. "Lho bukan wewenang seperti itu. Saya hanya ingin saudara saya di dalam tidak memakai atribut itu (Natal)," ujar Mala. 

"Bapak saudara saya. Bapak polisi adalah warga daripada Indonesia. Saya juga warga negara bangsa. Saya ingin baik. Kalau nanti sampai di dalam ada seperti itu, nanti ormas lain enggak terima, repot nanti," kata Mala.

AKBP Cahyo tidak mau merespons ucapan Mala itu. Dia tidak menghiraukan lagi ucapan Mala yang terus membujuk agar polisi mau mengawal FPI Sragen masuk ke swalayan. Seorang anggota Polres Sragen Briptu Ali ikut membantu AKBP Cahyo menghardik Ali supaya tidak masuk ke swalayan. Ormas FPI akhirnya meninggalkan lokasi.

Pihak Polres Sragen maupun FPI Sragen belum berkomentar lebih lanjut mengenai peristiwa tersebut.



Titi DJ Jelaskan ke Anak Kalau Hari Ibu dan Mother's Day Berbeda

Hari Ibu tidak hanya dirayakan di Indonesia tapi juga puluhan negara lainnya seperti Amerika Serikat dan Inggris. Penyanyi Titi DJ pun termasuk selebriti yang memiliki tradisi merayakan Hari Ibu di tengah-tengah keluarganya.

Titi DJ dan keempat anaknya pun rutin memperingati hari besar untuk para ibu dua kali setahun. Hari Ibu Nasional setiap tanggal 22 Desember dan Mother's Day secara internasional. Ternyata, Hari Ibu dan Mother's Day adalah dua hal yang dimaknai berbeda.

Hal itu yang coba dijelaskan wanita 50 tahun ini kepada anak-anaknya agar paham makna di balik penetapan Hari Ibu Indonesia dan Mother's Day yang diperingati secara global. Apa bedanya?

"Saya bilang ke mereka Mother's Day dan Hari Ibu Indonesia beda loh. Kalau Mother's Day memang untuk ibu. Kalau Hari Ibu Indonesia kalian tahu nggak sejarahnya. Sejarahnya itu berasal dari kongres wanita Indonesia makanya dibilangnya Hari Ibu. Jadi bukan memanjakan ibu tapi lebih memberikan apresiasi kepada wanita Indonesia. Saya juga bingung kenapa dibilang Hari Ibu padahal bukan hanya ibu saja tapi seluruh wanita sebenarnya," jelas Titi kepada Wolipop saat ditemui di New Playground, Lippo Mall Kemang, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).

Ya, di Indonesia Hari Ibu ditetapkan setiap 22 Desember. Namun negara lain, Hari Ibu disebut Mother's Day dan dirayakan dengan tanggal yang berbeda-beda. Secara umum, Mother's Day diperingati setiap Maret atau Mei.

Bukan hanya tanggal saja berbeda, makna Hari Ibu dan Mother's Day pun tidak sama. Hari Ibu di Indonesia ditetapkan untuk memperingati perjuangan wanita-wanita hebat Indonesia dalam memajukan bangsa dan negara.

Penetapan Hari Ibu juga diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 sampai 25 Desember 1928. Kemudian Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu yang dirayakan secara nasional sampai saat ini.

Maksud diperingatinya Hari Ibu awalnya lebih untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa. Seiring berjalannya waktu arti Hari Ibu Indonesia kini lebih dimaknai untuk menghormati perjuangan seorang ibu.

Sedangkan Mother's Day di Amerika Serikat dan 75 negara lainnya memang perayaan menghormati peran ibu dalam keluarga dan pengaruh ibu di masyarakat. Awal mulanya untuk memperingati mendiang aktivis Anna Jarvis yang merupakan pencetus Mother's Day. Jarvis berpendapat bahwa setiap orang harus menghargai dan menghormati ibu mereka melalui tulisan tangan untuk mengekspresikan rasa cinta dan terima kasih mereka

Ahok: Saya Difitnah Soal Vaksin Kanker Serviks yang Akibatkan Kemandulan

Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merasa difitnah soal adanya isu negatif pemberian vaksin pencegahan kanker serviks. Ahok mengatakan Pemprov DKI sudah mengeluarkan dana besar untuk pemberian vaksin, tapi tetap saja difitnah.

"Saya difitnah soal vaksin serviks. Katanya saya dikira mau vaksin untuk mandulkan orang pribumi," kata Ahok kepada pendukungnya di Rumah Lembang, Kamis (15/12/2016).

"Itu benar-benar fitnah. Padalah saya sudah mengeluarkan uang besar untuk vaksin itu," lanjutnya.

Vaksin serviks sendiri akan dilakukan kepada siswi kelas 5 SD. DKI Jakarta sendiri menjadi percontohan untuk daerah lain. Program tersebut mulai dijalankan oleh Pemprov DKI sejak Oktober 2016. Ditargetkan vaksin akan diberikan pada 75 ribu siswi di seluruh DKI.

(Baca juga: Ahok Siapkan Program Kesehatan Beri Vaksin Kanker Serviks Sejak Dini)

Ahok pernah menjelaskan perihal pemberian vaksin kanker serviks untuk siswi kelas 5 SD. Satu suntikan cukup mahal, yakni sekitar Rp 750 ribu. Maka Ahok akan bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengadakan vaksin kanker serviks gratis. Program ini sudah berjalan, sampai bulan November vaksin sudah diberikan ke 63.702 siswi.

(Baca juga: Beredar Isu Soal Vaksin Kanker Serviks, Djarot: Itu Program Kemenkes)
https://news.detik.com/berita/3356769/beredar-isu-soal-vaksin-kanker-serviks-djarot-itu-program-kemenkes

Sejurus kemudian, muncul isu miring di media sosial yang mengatakan bahwa pemberian vaksin kanker serviks pada anak kelas 5 SD akan menyebabkan menopause dini. Calon wakil gubernur petahana Jakarta Djarot Saiful Hidayat menjelaskan, program itu sebenarnya berasal dari Kemenkes. 

LSI: Basis Dukungan Makin Solid, Elektabilitas Ahok Naik Lagi

Elektabilitas Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI Jakarta sempat turun pasca mencuatnya kasus dugaan penistaan agama. Namun pada Desember ini tingkat keterpilihan Ahok Rebound alias naik kembali. 

Begitulah hasil penelitian Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang dirilis hari ini, Kamis (15/12/2016). Dalam surveinya, LSI mengambil 800 sampel untuk dilakukan wawancara secara tatap muka. Populasi survei ini seluruh warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki hak pilih, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun. Survei dilakukan dari tanggal 3 sampai 11 Desember 2016.

Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 3,5 persen. Quality control hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen. Hasilnya, elektabilitas Ahok tertinggi dibanding dua calon gubernur lainnya yakni: Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Rasyid Baswedan. 

Baca juga: Survei LSI: Elektabilitas Ahok 32,9%, Kalahkan Agus dan Anies
LSI: Basis Dukungan Makin Solid, Elektabilitas Ahok Naik Lagi Foto: Andhika Prasetia/detikcom

Dalam survei LSI terlihat bahwa ada tren peningkatan elektabilitas Ahok selama Desember ini. Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi mengatakan ada dua hal yang menyebabkan naiknya elektabilitas Ahok.

Pertama, adanya bukti nyata hasil kerja Ahok sebagai Gubernur DKI yang melatarbelakangi pilihan calon pemilih. "Sudah ada bukti nyata hasil kerjanya (Ahok) merupakan alasan paling menonjol yang melatarbelakangi pilihan. Alasan ini menguat hampir dua kali lipat dibanding sebelumnya. Inikah yang menjadi sebab mengapa elektabilitas Ahok rebound dibanding bulan lalu," kata Kuskridho saat memaparkan hasil survei LSI di Hotel Century Park Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/12/2016).

Penyebab kedua adalah dukungan kepada Ahok yang cenderung semakin solid dibandingkan sebelumnya. Dibanding basis pendukung Agus dan Anies, basis massa pendukung Ahok lebih solid.

"Saat ini basis pendukung yang lebih kuat (lebih kecil kemungkinan mengubah pilihannya) tinggal sekitar 17 persen, dari sebelumnya 24 persen," papar Kuskridho.

Elektabilitas Ahok mengalami penurunan pada bulan Mei sampai Juni 2015 hingga Desember 2016. Di bulan Mei dan Juni elektabilitas Ahok sempat di atas 53 persen namun turun drastis di November yakni tinggal 27,3 persen dan naik kembali pada Desember 2016.

"Orang menimbang Ahok saat Al-Maidah itu penistaan. Tetapi seiring perkembangan waktu, ada tindakan lainnya seperti informasi dan kinerja dari Ahok sendiri yang menyebabkan tren Ahok kembali meningkat," ujar Kuskridho.
Sementara itu tren elektabilitas Agus turun dari 27,3 persen pada November 2016 hingga 25,1 persen pada Desember 2016. Tren pilihan Anies sendiri cenderung stabil sejak November hingga Desember 2016.

Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis hasil penelitiannya tentang elektabilitas atau tingkat keterpilihan tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pasca munculnya dugaan penistaan agama. Hasilnya calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang kini jadi terdakwa kasus penistaan agama tetap unggul atas 2 cagub lainnya.

"Dalam pilihan kepada tiga calon gubernur, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) teratas dengan 32,9 persen, disusul Agus Harimurti Yudhoyono 25,1 persen, dan Anies Baswedan 23,2 persen. Sekitar 18,8 persen menjawab tidak tahu," kata Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi di Hotel Century Park Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (15/12/2016).

Survei LSI: Elektabilitas Ahok 32,9%, Kalahkan Agus dan AniesFoto: Andhika Prasetia/detikcom


Tren pilihan kepada calon gubernur sendiri pada bulan Mei sampai Juni 2015 hingga Desember 2016, Ahok sempat turun dari 53,2 persen dan turun ke 27,3 persen pada November 2016, dan naik kembali pada Desember 2016. Sementara itu tren Agus turun dari 27,3 persen pada November 2016 hingga 25,1 persen pada Desember 2016. Tren pilihan Anies sendiri cenderung stabil sejak November hingga Desember 2016.

"Orang menimbang Ahok saat Al-Maidah itu penistaan. Tetapi seiring perkembangan waktu, ada tindakan lainnya seperti informasi dan kinerja dari Ahok sendiri yang menyebabkan tren Ahok kembali meningkat," ujar Kuskridho.

Sementara itu, dalam pilihan kepada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, peta dukungan tidak berubah signifikan. Pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat unggul dari 2 pasangan calon lainnya.

"Ahok-Djarot mendapatkan 31,8 persen, Agus-Sylviana mendapatkan 26,5 persen, dan Anies-Sandiaga 23,9 persen. Sementara yang tidak tahu 17,8 persen," lanjut Kuskridho.

Tren pilihan Ahok-Djarot sempat turun di angka 26,2 persen pada November 2016 dan meningkat pada Desember 2016. Sementara, tren pilihan Agus-Sylviana sempat di angka 30,4 persen pada November 2016 dan turun pada Desember 2016. Anies-Sandiaga sendiri cenderung stabil dari 24,5 persen pada November 2016 dan 23,9 pada Desember 2016.

"Sudah ada bukti nyata hasil kerjanya merupakan alasan paling menonjol yang melatarbelakangi pilihan. Alasan ini menguat hampir dua kali lipat dibanding sebelumnya. Inikah yang menjadi sebab mengapa elektabilitas Ahok rebound dibanding bulan lalu," papar Kuskridho.

Kuskridho menambahkan dukungan cenderung semakin solid dibandingkan sebelumnya. Dibanding basis pendukung Agus dan Anies, basis massa pendukung Ahok lebih solid.

"Saat ini basis pendukung yang lebih kuat (lebih kecil kemungkinan mengubah pilihannya) tinggal sekitar 17 persen, dari sebelumnya 24 persen," papar Kuskridho.

Jumlah sampel dalam survei ini sebanyak 800 orang. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin of error lebih kurang 3,5 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatapan muka. Quality control hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20 persen.

Populasi survei ini seluruh warga negara Indonesia di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki hak pilih, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun. Survei dilakukan dari tanggal 3 Desember 2016 sampai 11 Desember 2016.