Elektabilitas Turun, Bisakah Ahok "Rebound"?

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan ada situasi yang bisa kembali meningkatkan elektabilitas calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dari posisi saat ini.

Situasi itu bisa sama seperti yang dialami Joko Widodo saat Pilpres 2014. Saat itu posisi Jokowi pada tiga minggu terakhir jelang Pilpres sudah hampir tersalip bahkan berimbang dengan Prabowo.
"Ada faktor yang kemudian, saat itu kami sebut underdog effect," kata Yunarto di kantor Charta Politika, Jakarta Selatan, Selasa (29/11/2016).
Faktor underdog effect, kata Yunarto, biasanya titik balik dari seseorang yang sudah ketinggalan survei atau tertimpa sebuah masalah. Pemilih akan berubah menjadi militan.
Yunarto mencontohkan underdog effect pemilih Jokowi. Saat itu, pemilih Jokowi mengira akan menang karena selisih survei sebesar 24 persen hingga 28 dari Prabowo. Situasi itu terbentuk lantaran ada isu besar yang menghantam Jokowi mulai dari Partai Komunis Indonesia dan lainnya.
Yunarto menilai, isu tersebut kemudian membuat Jokowimendapat limpahan underdog effect atau efek terzalimi. Efek kalah yang membuat pemilihnya bergerak.
"Ketika lihat situasi itu, survei ada yang bocor, kemudian bergerak. Di situlah kita lihat gerakan konser salam dua jari, artis dan segala macam," kata Yunarto.
Yunarto tak bisa memprediksi apakah Ahok juga akan bernasib serupa Jokowi. Pasalnya, setelah Ahok menjadi tersangka, tak ada yang mengetahui apakah kian terpuruk atau titik "rebound" atau balik.
"Jadi semakin terzalimi misalnya. Apakah hasil survei dari unggul 60, 50, 40 dan imbang pasangan lain, apakah itu bisa membuat pemilihnya menjadi down atau titik balik, saya tidak bisa nilai," kata Yunarto.
Alasan lainnya, menurut Yunarto, baru survei Charta Politik yang mengatakan Ahok tidak dalam posisi "jumawa". Masih perlu survei lain yang bisa memperlihatkan elektabilitas Ahok apakah dalam situasi underdog effect. Kendati demikian, Yunarto tak setuju bilaunderdog effect disebut playing victim. Menurut dia, playing victim adalah kesengajaan.
Dari survei Charta Politika, elektabilitas pasangan Agus-Sylvimemperoleh 29,5 persen. Disusul Basuki Tjahaja Purnama atauAhok-Djarot Saiful Hidayat memperoleh 28,9 persen dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno memperoleh 26,7 persen. Sementara itu, yang belum menentukan pilihan sebanyak 14,9 persen.
Pengumpulan data dilakukan pada 17-24 November 2016. Survei dengan metode wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 733 responden dari 800 yang direncanakan. Responden tersebar di lima wilayah kota administrasi dan satu kepulauan.
Margin of error kurang lebih 3,5 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Survei dilakukan dengan pendanaan sendiri dari Charta Politik.

No comments:

Post a Comment

https://twitter.com/LoVeMaTa
https://www.youtube.com/user/dimensinet
Mohon untuk di Jempol dan di SUBSCRIBE yah gan. Terima Kasih